Sunday, August 17, 2008

KEMERDEKAAN 2

Pada kesempatan ini saya menyampaikan ide tentang “ Perlunya Aplikasi kembali nilai – nilai 45 dalam pembangunan kualitas Sumber daya manusia “ Mengapa saya tertarik untuk menyampaikan gagasan tersebut kerena sulitnya pencitaan kualitas Sumber daya manusia di negeri tercinta ini terletak pada masalah mental dan mentalitet. Dua kata ini seolah bersinonim namun aplikasinya ternyata punya perbedaan. Perbedaannya terletak pada sikap mental menekankan pada keadaan mental di dalam diri seorang untuk bereaksi terhadap lingkungannya sehingga menurut saya sikap mental lebih menekankan pada kepekaan emosi sedang mentalitet adalah keseluruhan isi serta kemampuan alam pikiran dan jiwa manusia dalam menanggapi lingkungannya sehingga lebih menekankan pada pola pikir.

Apa sebenarnya yang menjadi hubungan antara perlunya aplikasi kembali nilai ’45 dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia. Kita tahu munculnya sikap mental dan mentalitet yang menghambat pembangunan kualitas sumber daya manusia adalah terkait pada lamanya rakyat kita terbelenggu penjajahan, mengingat saat penjajahan bangsa kita tidak memiliki kebebasan untuk mengenyam pendidikan serta sengsaranya rakyat karena rendahnya perhatian dibidang kesehatan bahkan meluasnya kelaparan.

Kita tahu bahwa di era sebelum merdeka bangsa kita sangat kerdil dalam kualitas baik dibidang pendidikan, kesehatan maupun pendapatan yang secara otomatis kerdil pula dibidang kesejahteraan baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan mental. Kerdilnya tingkat pendidikan dan pendapatan secara tidak langsung berpengaruh pada tumbuhnya sikap mental negatif seperti suka menerobos atau suka mengambil jalan pintas, sikap mental meremehkan mutu, pasrah menerima nasib, tidak jujur serta rendahnya sikap rasional masyarakat, sikap feodal dalam pola kepemimpinan yang ditandai dengan adanya penguasa yang tidak suka mendengar kritik bawahan, bawahan sedang mengkritik atasan akibatnya komunikasi atasan dengan bawahan menjadi putus yang akhirnya hampir tidak ada koreksi bawahan terhadap atasan yang terjadi justru sebaliknya tindakan represif atasan terhadap bawahan jika terjadi hal-hal yang tidak disenangi atasan akibatnya cukup berbahaya yaitu terbukanya KKn dan munculnya kebijakan yang salah. Bagaimana pembangunan kualitas sumber daya manusia bisa berhasil jika yang berkembang justru sikap mental yang menghambat pembangunan kualitas sumber daya manusia yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai ’45. Hal inilah yang menggugah hati saya untuk menggali lagi nilai-nilai ’45 dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia.

Lalu apa yang menjadi faktor pendorong lahirnya tonggak bersejarah bangsa kita yaitu “ Kemerdekaan “, sehingga bangsa kita mencapai titik awal kebebasan dibidang sosial, ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan keamanan tentu jawabnya adalah karena adanya sikap mental gotong royong, sikap mental rame ing gawe sepi ing pamrih, berdiri diatas kaki sendiri, serta sikap mental berani mengambil resiko sesuai dengan slogan “rawe-rawe rantas malang-malang putung”. Sikap mental inilah yang saya pandang sebagai nilai-nilai ’45 yang perlu kita pertahankan bahkan kita aplikasikan dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia. Prinsip berdiri diatas kaki sendiri merupakan satu prinsip essensial yang menjadi fundamental pembangunan kualitas sumber daya manusia sebab dengan prinsip itu maka secara internal setiap individu memiliki semangat kerja keras, motifasi untuk sukses atau berprestasi, bahkan tidak percaya terhadap setiap karya orang lain, melainkan setiap individu akan selektif pada setiap penemuan baru baik ide atau benda-benda hasil karya. Jika setiap individu memiliki prinsip berdiri diatas kaki sendiri dan rame ing gawe sepi ing pamrih maka akan menumbuhkan virus “N Ach” atau “Need For Achievement” yaitu virus kebutuhan akan prestasi yang pada akhirnya biasa menepis merebahnya prilaku Westernisasi, Konsumerisme, suka mengambil jalan pintas, pasrah menerima nasib, sikap feodal, tidak jujur, malas, tidak disiplin dan masih banyak lagi sikap mental negatif yang tidak bisa saya sebut satu persatu.

Sedangkan sikap gotong royong, rame ing gawe sepi ing pamrih sangat mendukung pada tumbuhnya solidaritas sosial yang menunjukkan kepekaan emosi kita. Jika setiap individu butuh akan prestasi serta peka akan lingkungan sosialnya maka individu tersebut telah mencerminkan individu yang berkualitas sebab individu yang berkualitas tidak hanya individu yang tinggi dibidang IQ tetapi juga tinggi dibidang EQ.

Lalu apa yang menjadi indikator berhasilnya pembangunan kualitas sumber daya manusia yang selaras dengaan nilai-nilai ’45 ? Menurut hemat saya yang menjadi indikator keberhasilan pembangunan kualitas sumber daya manusia adalah pertama : terciptanya masyarakat Indonesia yang bermutu tinggi dibidang pendidikan. Tinggi dibidang pendidikan yang saya maksud tidak hanya tinggi dibidang rasionalismenya / ilmu tetapi juga memadai dalam bidang tehnologi dan memadahi pula didalam bidang akhlak atau budi pekerti, sebab seorang yang tinggi dibidang ilmu pengetahuan kalau tidak diikuti dengan tingginya budi pekerti atau Iman dan taqwa maka individu tersebut tidak akan memiliki arti bagi individu lain ataupun masyarakat, mengingat tingginya ilmu pengetahuan dan tehnologi atau IQ yang tidak diikuti tingginya budi pekerti atau EQ akan menyebabkab tingginya penyimpangan atau tindakan amoral dan tingginya kriminalitas .

Keberhasilan pendidikan sangat didukung oleh motifasi intrinsik individu yang diwujudkan dalam bentuk kerja keras dan kebutuhan akan prestasi yang sangat identik dengan nilai-nilai ’45 yaitu berdiri kuat diatas kaki sendiri, slogan rawe-rawe rantas malang-malang serta slogan rame ing gawe sepi ing pamrih, sebab keberhasilan pendidikan disamping ditentukan kerja keras individu, juga sangat ditentukan oleh keluarga, masyarakat dan daya dukung pemerintah. Pengembangan program subsidi silang dibidang pendidikan menunjukkan pengembangan nilai ’45 gotong royong dan rame ing gawe sepi ing pamrih yang harus kita dukung Aplikasinya dalam masyarakat, sedang indikator keberhasilan pembangunan kualitas sumber daya manusia yang kedua adalah tingginya tingkat kesehatan dan pendapatan masyarakat.

Pembangunan dibidang kesehatan dan upaya peningkatan pendapatan masyarakat tidak bisa terwujud tanpa didukung oleh tingginya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat untuk untuk ikut serta bergotong royong solidaritas sosial dan kesetiakawanan membangun lapangan kerja dan fasilitas kesehatan, karena pembangunan dan pengelolaan fasilitas kesehatan tidaklah membutuhkan biaya kecil yang bisa ditanggung individu tetapi perlu solidaritas sosial kelompok masyarakat yang peduli arti penting kesehatan, begitu juga pembangunan lapangan kerja juga memerlukan analisis SWOT yang matang apalagi diera global yang kompetitif individu sangat menonjol yang memungkinkan hilangnya nilai-nilai ’45 solidaritas sosial, oleh karena itu pembangunan lapangan kerja harus bernuansa pada nilai kemanusiaan dan ramah pada lingkungan baik lingkungan atau social maupun budaya.

Oleh karena itu hadirin yang saya banggakan, marilah dihari kemerdekaan ini kita majukan kualitas sumber daya manusia dengan mengacu dan menggali serta menerapkan kembali nila-nilai ’45, karena nilai-nilai ’45 ini sangat selaras dengan pembangunan kualitas sumber daya manusia, nilai-nilai ’45 merupakan pondasi dan landasan yang kuat dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia dengan prinsip rame ing gawe sepi ing pamrih dan rawe-rawe rantas malang-malang putung serta berdiri kokoh diatas kaki sendiri percayalah bahwa dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berlandaskan iman dan taqwa serta tetap mengedepankan rasa solidaritas sosial maka pembangunan kualitas sumber daya manusia akan berjalan lancar dan cepat. Mari kita bangun Mentalitet bangsa kita. Dirgahayu Negeriku… Dirgahayu Bangsaku, Semoga Allah tetap melimpahkan rahmatnya pada bangsa kita . Merdeka ... Merdeka … Merdeka!.

KEMERDEKAAN 1


Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt ,atas limpahan rahmat dan karunia-Nya pada hari ini kita memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, sekaligus merupakan wujud kepedulian terhadap pendidikan di negara kita.
Untuk itu sejenak kita menengok ke belakang mengingat kembali perjuangan para pahlawan kita dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia yang kita cintai, seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 secara menyeluruh. Namun dalam pidato kali ini saya lebih menekankan pada pembukaan UUD 1945, alinea 4, sehingga tema  tulisan ini yang saya angkat adalah “Dengan Semangat Kemerdekaan Kita Cerdaskan Kehidupan Bangsa dalam Era Globalisasi Pendidikan “

Hari ini bulan agustus merupakan momentum sejarah bagi bangsa Indonesia, bangsa kita telah berjuang untuk mencapai kemedekaan. Merdeka merupakan hak semua bangsa yang ada di dunia oleh sebab itu maka penjanjahan yang ada di atas dunia harus dihapuskan dan dikikis karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Sejenak kita menengok mengenai sejarah kebangkitan dan perjuangaan bangsa tempo dulu masih bersifat kedaerahaan. Seperti perjuangan Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanudin, Untung Suropati dan lain – lainnya, sehingga dalam mengusir penjajah yang ada di bumi pertiwi tercinta ini sering kali mengalami kegagalan. Semua ini disebabkan tidak adanya komunikasi satu dengan lainnya sehingga masing – masing berjuang sendiri – sendiri dalam usaha mempertahankan wilayah atau daerah masing – masing. Sehingga muncul inspirasi cemerlang dari cendekiawan kita dr. Wahidin Sudiro Husodo, mendirikan perhimpunan pemuda yang bernama Budi Utomo. Dalam Budi Utomo telah menggunakan perjuangan yang terorganisir dalam memperjuangkan nasib bangsa. Budi Utomo membangkitakan semangat patriotisme yang tinggi untuk perjuangan politik secara terbuka. Sejarah perjuangan kemerdekaan dapat kita rasakan dengan naluri, betapa berat penderitaan dan perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan dan pejuang bahkan nenek moyang kita dulu. Peluru dan meriam bukanlah momok tetapi sebagai penyulut semangat perjuangan.

Pada masa pendudukan Jepang tata kehidupan rakyat beserta berbagai norma tidak dihormati bahkan diinjak – injak. Tindakan itu menimbulkan perlawanan dari rakyat yang akhirnya pemberontakan mencapai puncaknya. Ratusan ribu korban yang jatuh terbunuh, ditawan dan disiksa secara kejam.

Tepat tanggal 14 Pebruari 1945 pecahlah pemberontahan yang paling menggocang Jepang, karena bukan dilakukan oleh rakyat yang tidak terlatih melainkan oleh tentara Peta ( Pembela Tanah Air ). Pemberontahan ini merupakan pemberontakan terbesar masa penjajahan Jepang.
Tanggal 1 Maret 1945 Panglima Jendral Kumakici Harada memnbentuk BPUPKI yang bertujuan mempelajari hal – hal penting mengenai masalah tata pemerintahan Indonesia merdeka. Dari kesepakatan di atas menghasilkan dasar filsafat Negara Indonesia merdeka tanggal 1 Juni 1945 dinamakan “ Pancasila “ oleh Sukarno. Rumusan tersebut juga terdapat dalam Piagam Jakarta yang telah dirumuskan oleh panitia sembilan. Kemudian dibentuklah panitia khusus yang akan merealisasi lahirnya PPKI ( Panitia Pesiapan Kemerdekaan Indonesia ). Berita tentang kekalahan Jepang 15 Agustus 1945 diketahui oleh sebagian pemimpin Indonesia terutama pemimpin pemuda, maka saat itu pemuda menghendaki agar Sukarno – Hatta segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia lepas dari Jepang. Pagi hari tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 tepat di jalan Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta telah dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia ke seluruh dunia.

Proklamasi Kemerdekaan merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia yang mengantarkan rakyat Indonesia ke depan gerbang kemerdekaan Indonesia menuju kehidupan yang bebas, merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur untuk mencapai suatu tujuan negera. Semua ini tidak lepas dari anugerah dan rahmat dari Yang Kuasa serta keinginan yang luhur, maka kemerdekaan Indonesia dapat kita rasakan hingga detik ini. Oleh karena itu saat ini tugas kita sebagai generasi muda, pewaris dan penerus bangsa tetap berjuang untuk mengisi kemerdekaan agar dapat terwujud masyarakat adil dan makmur, material dan spiritual dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu generasi muda wajib mempersiapkan diri dengan bekal – bekal antara lain :
ketrampilan
  1. kepemimpinan
  2. kesehatan jasmani dan rohani
  3. daya kreasi.
  4. patriotisme dan nasionalisme
  5. idealisme
  6. kepribadian
  7. budi pekerti yang luhur

Di era globalisasi sekarang ini tantangan ke depan bagi generasi muda penerus bangsa beragam. Dengan bekal – bekal di atas yang kita persiapkan, dapat kita jadikan pondasi untuk memerangi dampak negatif dari perkembangan globalisasi pada umumnya dan pendidikan khususnya. Dalam globalisasi tidak lepas dari peristiwa sejarah bangsa, dapat mengilhami pemikiran generasi muda untuk membangun negara Indonesia yang kuat, maju dalam saing teknologi dan menciptakan zona perdamaian untuk dunia juga bagi bangsa sendiri.

Tugas generasi muda yang tercantum dalam dalam pembukaan UUD 1945 secara keseluruhan maupun secara khusus pada alenia ke-4, yang harus dipikirkan adalah menyiapkan suatu program yang jelas apabila kelak kita diberi tongkat estafet sebagai pemimpin bangsa di masa depan. Indonesia di masa depan menjadi seperti apa ? Yang jelas upaya konkrit dari kita sebagai generasi muda adalah berusaha untuk mengisi kemerdekaan ini dengan membangun kehidupan berpolitik yang sehat, menambah wawasan yang luas dengan belajar keras dan tidak putus asa serta mampu untuk memperbaiki suprastruktur dan infrastruktur di negara kita yang selama ini masih belum baik, misalnya dalam bidang ekonomi, bidang hukum dan bidang pendidikan.

Oleh kerena itu kita hadirin yang berbahagia, marilah di hari kemerdekaan ini kita berikan sumbangsih kita demi kemajuan bangsa dan negara. Kita sebagai generasi muda wajib mengisi kemerdekaan ini dengan belajar dan terus belajar tanpa putus asa untuk meraih suatu cita – cita yang telah diperjuangkan oleh para pejuang bangsa yang telah mendahului kita semua. Percayalah bahwa hanya bangsa yang bisa menghargai jasa para pahlawannya yang akan menjadi bangsa yang besar.

Dirgahayu Indonesia …dirgahayu bangsaku, semoga tetap jaya. Merdeka !.